Space Ads close

Sponsor Ads

Sabtu, 14 Mei 2011

Mengharapkan Taring Macan Asia itu Kembali

Lagi – lagi Indonesia dipercaya untuk memimpin ASEAN (Association of South East Asian Nations / Perhimpunan Negara – Negara Asia Tenggara). Jika kita flashback, Indonesia telah dua kali menahkodai ASEAN yaitu pada tahun 1976 dan 2003. Menginjak tahun 2011, Indonesia dipercaya kembali memegang kendali memimpin ASEAN melalui Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) XVII ASEAN di Hanoi, Vietnam.
Pada kepemimpinan tahun 1976, Indonesia memfasilitasi pertemuan yang menghasilkan salah satu kesepakatan, yaitu Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama, yang salah satu pokoknya adalah saling menghormati sesama anggota dan tidak turut campur urusan dalam negeri anggota lain.
Sedangkan saat memimpin pada tahun 2003, Indonesia memelopori pembentukan tiga pilar ASEAN, yaitu di bidang ekonomi, politik dan sosial-budaya. Ketiga pilar inilah yang dijadikan kerangka untuk mempererat integrasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai tahun 2015. Lalu bagaimanakah kepemimpinan Indonesia pada saat ini?? Mengingat setahun yang lalu, tepatnya mulai 1 Januari 2010 telah diberlakukan perdagangan bebas ASEAN – China (ACFTA / Asean – China Free Trade Agreement). Apakah Indonesia bisa mencatatkan sejarah bagi perekonomian bangsa Indonesia pada khususnya, dan ASEAN pada umumnya??
Seperti yang kita ketahui sekarang China telah menjadi negara yang kuat secara ekonomi. Melalui strategi membuka pintu atau politik pintu terbuka yang digulirkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978 melalui “Reformasi dan Lompatan Jauh Kedepan”, telah menjadikan negara ini sebagai super power yang mampu menyaingi Amerika Serikat hanya dalam beberapa dekade. Tak heran, jika pertumbuhan perekonomian China menembus angka 10% pada tahun 2010 dan dapat mengentaskan lebih dari 200 juta penduduknya dari jurang kemiskinan.
Memang tidak mudah mengimbangi perekonomian China, bagi ASEAN ataupun bagi Indonesia khususnya. Jangankan bersaing dengan China, dengan negara – negara sesama anggota ASEAN pun Indonesia masih tertatih – tatih. Indonesia masih kalah dari Singapura sebagai negara yang mendominasi ekspor ke negara-negara ASEAN yaitu sebesar 40,91%, Malaysia sebesar 20,22%, dan Thailand 16,28%. Bagaimana dengan Indonesia?? Indonesia hanya mampu menguasai pasar ASEAN 12,34%.
Sedangkan dengan China, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), defisit neraca perdagangan nonmigas dengan China pada periode Januari-Oktober 2010 mencapai US$5,3 miliar. Angka itu mengalami peningkatan sebesar US$1,4 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2009 senilai US$3,9 miliar. Nilai eskpor ke China sepanjang perode Januari-Oktober 2010 mencapai US$10,6 miliar, sedangkan impor mencapai US$15,9 miliar. Sementara pada periode yang sama 2009, nilai impor mencapai US$10,8 miliar dan ekspor US$6,9 miliar.
Sebagai Negara dunia ke tiga, Indonesia menjadi pangsa pasar yang sangat prospek bagi negara dunia ke satu, dengan kekuatan capital dan kecanggihan teknologinya sangat mudah bagi negara sebesar China untuk memperluas pangsa pasarnya ke Indonesia. Apalagi dengan diberlakukannya CAFTA, kondisi masyarakat yang konsumtif dan dengan jumlah penduduk yang lebih dari 230juta jiwa, diperparah dengan kurang ketertarikan atau cinta pada produk buatan dalam negeri menjadi faktor yang menguntungkan, tentu momen ini tidak akan di sia – siakan oleh negera pemilik modal, seperti China dan yang lainnya untuk menjajah perekonomian Indonesia.
Untuk menangkal serangan dari negara ke satu seperti China, ada beberapa langkah yang dapat di ambil seperti, menetapkan standar mutu yang baik agar bisa bersaing dengan serbuan barang - barang impor, selain itu juga meningkatkan bargaining position agar Indonesia tidak selalu kalah dalam lobi – lobi yang sarat dengan intervensi dari pihak asing, khususnya dari negara pemilik modal. Jika itu dilaksanakan pemerintah, semoga dengan naiknya Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2011, naik pula posisi Indonesia, seperti pada dekade tahun 1980-an yang terkenal sebagai Macan Asia. Amin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar